Senin, 11 Juni 2012

Sejarah Eksistensi Palu Noise Territory

Palu Noise Territory 2008

History

Sejarah perjalanan komunitas musik underground di kota Palu sebenarnya sudah dimulai sejak pertengahan tahun 90-an. Waktu itu, seiring dengan maraknya acara–acara musik underground yang diadakan di kota Palu banyak pula berdiri komunitas anak underground, hanya saja waktu itu sebuah komunitas berdiri berdasarkan kesukaan mereka terhadap sebuah genre tertentu. Jadi, sebuah band yang ngefans genre death metal dan fanbasenya membentuk komunitas sendiri. Begitu juga dengan fans hardcore, punk, grunge, black, grindcore dan genre lainnya. Tercatat band-band seperti Kalomba Corps, Arwah, Viata Ritual, Almarhum, Mummy, Netral ground, Neo Next Sound, Sperma Red, Kafan of Death dan yang lainnya adalah band-band pelopor terbentuknya komunitas ini.

Sayangnya semakin hari semakin jarang event/gigs yang diperuntukkan untuk anak underground di kota Palu(fuck..!). Sehingga satu persatu band pengusung musik cadas ini vakum hingga akhirnya bubar, bahkan ada beberapa band yang tidak sempat merekam karya mereka dalam sebuah album. Situasi ini pelan-pelan membuat komunitas-komunitas underground yang tadinya ramai menjadi hilang satu persatu dari peredaran. Kevakuman ini sebenarnya tidak lantas membuat pecinta musik cadasl menjadi habis sama sekali. Mereka tetap berusaha eksis dengan cara tampil di acara-acara seperti festival dan juga bazaar musik yang sebenarnya diperuntukkan untuk kalangan mainstream, tentu saja bermodalkan uang sendiri dan semangat DIY a.k.a do it yourself.

Eksistensi

Kebangkitan musik metal yang ditandai dengan banyaknya rilisan album metal dari band-band pengusung metalcore seperti Lamb Of God, Avenged Sevenfold, Trivium, Burgerkill, dan lain-lainnya membuat scene musik metal di kota Palu juga menggeliat kembali (Thanks God). Melihat keadaan tersebut atas inisiatif dari Relly (gitaris Traxtor) dan Hermanto maka dibentuklah sebuah komunitas untuk tempat berkumpulnya para pecinta musik metal ini bernama 13th Area yang kemudian pada 30 September 2007 berubah menjadi Palu Noise Territory (PNT). Di PNT tidak ada pendikotomian genre tertentu, karena hal ini dikhawatirkan akan memicu pergesekan di kalangan pecinta musik metal itu sendiri. Dalam perjalanannya, komunitas Palu Noise Territory ini bertekad untuk menyatukan para metalheads di semua penjuru kota Palu dan memasyarakatkan musik metal di kalangan para awam yang selalu memandang sinis akan kehadiran para pecinta musik underground. Sampai saat ini Palu Noise Territory telah merangkul banyak band dan penikmat musik cadas yang tersebar disemua wilayah kota Palu untuk bergabung kedalam komunitas ini. Dalam perjalanannya setiap band yang bergabung dalam PNT sepakat untuk menyumbangkan 10 % uang dari hasil kemenangan mereka pada festival yang diikuti untuk kepentingan komunitas ini. Palu Noise Territory terdiri dari beberapa cabang yang tersebar di empat wilayah yang ada di kota Palu. Ke empat wilayah tersebut antara lain:

1. Palu Barat
2. Palu Timur
3. Palu Selatan
4. Palu Utara

Melihat antusiasme dari teman-teman pecinta musik cadas yang bergabung ke dalam Palu Noise Territory, maka kedepannya PNT selain akan mengadakan gigs juga berencana akan merilis album kompilasi dari band-band cadas yang ada di kota Palu serta menjalin link dengan semua komunitas underground di seluruh Indonesia sehingga diharapkan kehadiran PNT di kota Palu akan semakin solid dan semakin eksis.

*sumber: Lost in Chaos Mediazine